Kamis, 08 September 2016

Ketika Aku Harus Pergi



        

 Waktu terus berlalu.Hari berganti hari,bulan berganti bulan,tahun berganti tahun.Tak terasa 18 tahun sudah aku menjalankan profesiku sebagai Bidan Desa.
Bayi yang kubantu persalinannya delapan belas tahun lalu pun saat ini telah menjadi anak remaja.Remaja yang menjadi harapan orang tua,bangsa dan negara.
         Delapan belas tahun juga bertambah umurku saat menjalankan profesiku sebagai  Bidan Desa.
Delapan belas tahun menjadi Bidan Desa bukanlah perkara yang mudah,jalanan rusak,tanpa listrik,tanpa alat komunikasi,jauh dari orang tua/ sanak keluarga,banjir,semua harus dihadapi.Termasuk melakukan pertolongan persalinan dengan menggunakan motor air/ketek.
          Di sekolah tidak ada ilmu cara menghadapi jalanan rusak,menghadapi kesunyian,menghadapi arus sungai,menghadapi persalinan di kegelapan malam,menghadapai persalinan di kebun/talang,menghadapi orang yang bermacam karakter.
         Keberhasilan Seorang Bidan Desa benar benar menunjukkan Individual Skill bidan itu sendri.
Menjadi Bidan itu mudah,tetapi menjadi Bidan Desa tidaklah semudah yang dibayangkan.Selama 18 tahun,tak terhitung berapa kali aku harus melepaskan bayiku yang lagi kususui karena orang memanggil-manggilku namakau karena butuh pertolongan,tak terhitung kali aku harus melepaskan piring nasi yang baru beberapa suap kunikmati karena suara ketukan pintu orang butuh bantuanku.Tak terhitung kali pula aku terbangun disaat mata ini baru saja terlelap ketika orang memanggilku butuh bantuan.Cobalah rasakan bagaimana perasaannmu ketika anda lagi menyusui bayi,baru lagi asik makan,baru tidur beberapa menit,tiba-tiba ada orang menggedor-gedor pintu dan memanggil manggil namamu,bahkan ada yang langsung nyelonong masuk rumah.Hanya Tuhan lah yang tahu. Berbeda di Puskesmas atau RS,petugasnya banyak,tapi di desa kita seorang diri berhadapan head to head dengan masyarakat. 
          Fungsi Bidan Desa bukan hanya mengurusi ibu hamil dan persalinan tetapi juga sebagai perpanjangan tangan dari Puskesmas.Surveyland penyakit,gizi,immunisasi,pembinaan posyandu,dll adalah sebagian kecil tugas-tugas yang harus dilakukan selain layanan kehamilan dan persalinan.
          Selama delapan belas tahun pula kabupaten dimana aku bekerja telah mengalamai 2 kali pemekaran.
          Delapan belas tahun bekerja prestasi kerjaku tidaklah terlalu baik,kalau aku boleh menilai,raporku masih di rata-rata 6.Banyak faktor penentu keberhasilan Bidan di desa,seperti dukungan pemerintah setempat,dukungan atasan,dukungan sarana dan prasarana,dukungan operasional,dll.Biarlah masyarakat yang menilai kinerjaku.  
         Setahun ini ada wacana untuk men Down Grade bahkan meng Grounded Bidan yang berbasis pendidikan D1 sepertiku.Mungkin ini hadiah yang terindah yang kudapatkan setelah 18 tahun mengabdikan diri sebagai Bidan Desa.Terlahir sebagai anak kandung negeri yang kemudian direndahkan.
          Saatnya bagiku untuk melakukan pengkajian ulang arah langkahku.mungkin sudah saatnya aku mendekatkan diri pada buah hatiku yang selama ini sering kutinggalkan karena menjalankan tugasku.Apaboleh buat dengan berat hati aku harus meninggalkan desa ini bersama sejuta kenangan.
          Cobaan terberat menjadi seorang Bidan Desa adalah dari segi materi.Dahulu ketika bidan masih sangat jarang,beberapa desa menjadi tanggung jawabku.Dengan mudah aku bisa mendapatkan uang kalau aku mau,ketika orang memohon-mohon meminta pertolongan.Tetapi karena sekolahku gratis,maka tidak ada beban bagiku untuk mengejar materi,walaupun kedepannya mungkin situasi memaksaku untuk berubah haluan menjadi orang yang mengejar materi  untuk mendapatkan apa  yang disebut Gelar Kesarjanaan.Untuk mengejar Gelar Sarjana butuh biaya,dari mana dana itu diperoleh,kalau tidak mengambil dari masyarakat.Dan pada akhirnya masyarakat juga yang menanggung akibatnya.Terkadang para pengambil kebijakan tidak sampai disini cara berfikirnya.
           Suatu Profesi dihormati dan mulia jika dijalankan dengan TULUS dan TANPA PAMRIH.
Suatu kalimat yang nampaknya enak didengar tetapi semakin sulit dilaksanakan dijaman yang sudah serba komersialisme.
           Selamat tinggal semua warga desa,jika ada umur panjang mungkin kita dapat bertemu lagi.
Maafkan jika selama ini ada hal-hal yang kurang berkenan dalam kehidupan keseharianku atau tingkah lakuku yang kurang pantas.Terima kasih Tuhan atas penyertaanMu,tanpa Engkau apalah artinya aku ini.Biarlah semua terjadi menurut kehendakMu,bukan kehendakku.
             Biarlah Blog/Web ini menjadi kenangan keseharianku dalam menjalankan profesiku sebagai Bidan Desa.Selanjutnya kuserahkan Web/Blog ini kepada my husband,karena Polindes Muara Kasih telah berakhir seiring kepindahan tugasku.Salam......

Kata-kata bijak :

“ Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”Amsal 20:24

“ Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman.”Amsal 14:16 

 Salah satu dari dua pohon kelapa yang kutanam di Polindes belasan tahun lalu ditebang untuk dibuat menu lokal " Gulai Umbut " untuk menu makan bersama perpisahan dgn warga sekitar polindes
Semua bajuku yang layak pakai dan alat-alat dapurku, kutinggalkan pada ibu-ibu sekitar polindes sebagai bentuk kenangan dariku.Demikian juga alat elektronik dan meubeller milik pribadiku,dilelang semampu warga membayar untuk tambahan operasional mengurusi kepindahan tugasku   

   

3 komentar:

  1. Smoga semua kebaikanmu Tuhan membalasnya, maju terus untuk tetap menjadi anak bangsa yg berarti.....

    BalasHapus
  2. Tulisan yg begitu inspiratif,memotivasi,berkarya dengan hati menghamba,Semoga Tuhan selalu beserta dalam setiap langkah karya bagi kemuliaan Tuhan dan sesama.

    BalasHapus