Selasa, 13 Juni 2017

Lagu Karya Sendiri : MUARO BATANG EMPU



Post by Hotman Silitonga

         Muara atau orang palembang sering menyebutnya MUARO adalah tempat pertemuan dua buah sungai atau lebih.Sebelum tahun 1990  transportasi sungai merupakan transportasi yang cukup banyak digunakan masyarakat terutama pedesaan  yang berada di tepian sungai ,sehingga muara sungai menjadi tempat yang cukup strategis bagi usaha jasa dan perdagangan.Banyak kota-kota di sumatera yang cukup ramai yang namanya diawali dengan kata MUARO,seperti Muaro Bungo,Muaro Rupit,Muaro Beliti,Muaro Tembesi,dll,dan kota ini memang dahulunya terletak  di muara sungai.
        Muaro Batang Empu sendiri adalah tempat bertemunya sungai Rupit dan sungai Batang Empu.Secara perlahan banyak penduduk yang mendiami muara sungai ini dan akhirnya menjadi sebuah desa yang bernama Muara Batang Empu.
        Di desa Muara Batang Empu terdapat Pekan/Pasar Kalangan yang buka setiap hari Selasa.Beberapa desa yang terletak di hulu sungai Rupit dan Batang Empu dahulunya biasa berbelanja di Pekan/Kalangan ini,dan suasananya cukup ramai. Salah satu makanan yang sering dibeli masyarakat saat pekan/kalangan adalah martabak.Polindes Muara Kasih  terletak di Tepi Kalangan/Pekan ini.Diberi nama Polindes Muara Kasih,dengan harapan polindes yang berada di muara sungai ini dapat mengasihi/menjadi penolong bagi ibu-ibu hamil,bayi dan balita di daerah ini.
          Ada peristiwa alami di daerah ini disaat musim penghujan,ketika air sungai meluap,ikan-ikan dari hilir sungai biasanya menuju hulu sungai untuk bertelur,mereka melalui muara sungai ini dan biasanya moment ini digunakan untuk menangkap ikan.Penduduk setempat menyebutnya IKAN MUDIK.Moment ini tidak lama mungkin hanya 1 atau 2 hari saja.Selanjutnya ikan yang lolos dari tangkapan penduduk menetaskan telurnya di hulu sungai.Setelah beberapa minggu atau satu bulan disaat air surut dan jernih disungai akan terlihat ratusan bahkan ribuan anak ikan yang panjangnya 2-3 cm.
         Momen ini digunakan oleh masyarakat terutama oleh ibu -ibu atau anak-anak untuk menangkapnya dengan cara NGANDUL.Ngandul ikan menggunakan botol lampu minyak tanah/lampu semprong.Botol lampu semprong dicuci agar tidak berbau minyak tanah kemudian pada botol tersebut dimasukkan sedikit tepung terigu,kemudian diletakkan didasar sungai yang banyak anak ikannya.Anak ikan kemudian mendekati botol tersebut,dan masuk kedalam botol untuk memakan serbuk tepung,setelah ada yang masuk maka pemilik botol tersebut segera mengambilnya.Biasanya anak ikan terperangkap 1 – 5 ekor.Sikecilku sangat suka sekali ngandul ikan ini.Terkadang tepung terigu yang digunakan tidak sebanding dengan hasil yang didapatkannya..😀👎  Momen-momen ini menginspirasi kami untuk menuliskannya dalam sebuah syair lagu.
         Kami bukanlah Penyanyi,Komponis,atau Musisi.Suara kami pun rada-rada fals.Namun demikian setiap orang sah-sah saja untuk menulis sebuah lagu,syair,pantun,puisi ,tulisan atau apapun bentuknya selama tidak melanggar estetika dan moral.
        Melalui media ini kami mencoba menuliskan sepenggal/sebagian fragmen  kehidupan kami ini  dalam bentuk sebuah lagu  dan menuliskannya dengan menggunakan bahasa lokal sehari hari daerah ini.( Bahasa Rupit Ulu )
Sebuah lagu yang sederhana,menyesuaikan dengan suara kami yang rada rada fals sekaligus untuk mempermudah proses dubbingnya dikarenakan kami tidak mempunyai peralatan merekam lagu,serta sarana penunjang lainnya.Sebegitu sederhananya lagu ini sampai-sampai ketika terjadi beberapa kali kesalahan dubbing sikecilku yang berumur 5 tahun pun jadi ikut ikutan nyanyi 😇



Syair                              by Bidan Misinah
Musik dan Vokal           by Hotman Silitonga
Instrumen Pengiring : CASIO CTK Series
Kunci Lagu               : G,C,D,A


MUARO BATANG EMPU

Petang arai awak berayau
Nalak ikan dapek seluang
Seluang kecik itu namonyo
Oi ..senangnyo ngandul ikan

Arai Selaso Pasar Kalangan
Ramai Urang nak belanjo
Nalak selero Martabak pun ado
Oi..ramainyo pasar selaso

REFF   :  Itulah Kami di Muaro Batang Empu
                 Banyaklah keti senangnyo ati
                 Tapi sayang kami harus pergi…
                    Itulah Kami di Muaro Batang Empu
                    Banyaklah keti senangnyo ati
                    Oi kapan biso jumpo lagi




          Lagu ini kami persembahkan kepada siapa  saja yang mengenal kami serta kepada para pecinta music dangdut,terkhusus untuk warga desa Muara Batang Empu dimana dahulu kami pernah tinggal dan bekerja selama 15 tahun ( 2001-2016)di Polindes Muara Kasih,sebagian warga desa Tanjung Agung yg mungkin masih mengenal kami dimana kami dahulu juga pernah tinggal dan bekerja selama 3 tahun (1998-2001) ,sebagian warga desa Sukaraja,Rantau Telang dan Sukamenang Kecamatan Karang Jaya,Kabupaten Muratara,yang dahulu sering berkunjung ke Polindes Muara Kasih serta rekan-rekan Puskesmas Karang Jaya,terutama mitra gizi yang sering blusukan ke desa desa yaitu KORIM dan juga Bikor,serta teman bu bidan ditempat yang baru yaitu Poskeslur Tapak Lebar dan Puskesmas Sidorejo,Kota Lubuk Linggau.
         Dengan Ucapan  : Selamat beraktifitas dan Semoga terhibur dengan lagu hasil karya kami ini.Salam✋

Note :
Special thanks for Audacity and VSDC audio video editor software




Kata-kata bijak :

“Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh.”Amsal 3:35
“Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.”Amsal 10:14