Minggu, 01 April 2018

Pemimpin Yang Alkitabiah



Post by Hotman Silitonga



Shalom Aleichem
     Suasana riuh rendah   pemilihan kepala daerah saat ini, membuat   blogger tergerak  untuk  sedikit menulis tentang arti seorang Pemimpin ( Penguasa ). Sebuah  tulisan ringan tentang seorang Pemimpin yang ditulis  menurut sudut pandang blogger sendiri, mengacu pada   Alkitab, Pemimpin Yang Alkitabiah.
    Ada banyak teori teori mengenai  kepemimpinan, demikian pula, ada banyak kursus kursus / latihan kepemimpinan , namun semua itu tidak serta merta menghasilkan seorang pemimpin yang  baik, karena mayoritas dasar mereka menjadi pemimpin sangat rapuh, hanya mengejar hal hal duniawi/materi.  
      Blogger tidak mau berdebat soal teori teori kepemimpinan, blogger yakin pembaca yg budiman  lebih paham dari blogger mengenai teori teori tersebut. Namun bagi blogger semua teori teori kepemimpinan tersebut blogger sebut teori/konsep dari BAWAH ( yang berasal dari pemikiran manusia ). 
      Di sisi lain menurut blogger ada juga teori/konsep kepemimpinan yang berasal dari ATAS/Konsep dari ATAS ( yang berasal dari pengajaran Tuhan ), yang mungkin perlu juga dijadikan bahan pembelajaran bagi seorang calon pemimpin. Konsep Kepemimpinan dari atas ini sudah lama ada, tetapi  manusia mencoba menghindarinya,  Mengapa ? Jika Konsep Kepemimpinan dari Atas ini diikuti, maka tidak ada NIKMATNYA lagi menjadi seorang Pemimpin/Penguasa.  
     Dalam perspektif manusia seorang pemimpin lebih cenderung didudukkan sebagai orang yang berkuasa, seperti RAJA dengan segala kemewahannya, kegagahannya, kebesarannya, kekuataannya, kehebatannya, serta banyaknya kenikmatan hidup dan materi yang diperolehnya.
     Namun dalam teori/konsep kepemimpinan yang berasal dari ATAS tidaklah demikian. Yesus Kristus , pada suatu kesempatan berbicara kepada murid muridnya :  
           
P. Baru : Matius: 20 Ay 25-26
“ Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,”

P. Baru : Lukas : 22Ay 25-27
 “Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda  dan pemimpin sebagai pelayan.Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani ? Bukankah dia yang duduk makan?Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”.

         Jadi berdasarkan konsep pengajaran Yesus Kristus  , yang blogger sebut konsep kepemimpinan dari ATAS, karena memang Yesus Kristus berasal dari Atas , Pemimpin adalah  seorang Pelayan. Menjadi seorang Pemimpin berarti menjadi seorang pelayan/orang yang melayani. Pertanyaannya,  apakah anda mau jadi pelayan ?

Ada beberapa konsekwensi jika Pemimpin adalah Pelayan   :
1.Anda harus mendekatkan diri dengan orang yang dilayani
2.Anda harus rendah hati dan sederhana, karena seorang pelayan seharusnya rendah hati dan sederhana
3.Sebagai pelayan anda harus mampu memberi contoh/petunjuk dan mengarahkan
4.Sebagai pelayan anda harus mampu memberi jalan alternative bila terjadi permasalahan
5.Sebagai pelayan anda harus siap dihubungi jika terjadi suatu permasalahan
6.Sebagai pelayan anda tidak boleh pilih kasih/pandang bulu dalam melayani 
Serta masih banyak  karakter lain yang harus dimilikki  seorang pelayan, silahkan  anda tambahkan sendiri.
       

      gambar diambil dari google

    Selama ini  seorang Pemimpin   lebih cenderung didudukkan  sebagai Raja  dengan segala kekuasaannya, kebesarannya, kemewahannya, kehebatannya, kekayaannya, kenikmatan hidup serta materi yang diperolehnya,  membuat  banyak orang berlomba lomba ingin menjadi seorang Pemimpin, hingga terkadang menggunakan segala cara demi memuluskan nafsu untuk menjadi seorang Raja/Pemimpin.
    Ada banyak kekacauan baik di tingkat lokal maupun internasional yang diakibatkan nafsu ingin berkuasa dari seorang manusia,  yah itu tadi karena konsepnya  sebagai Raja bukan sebagai Pelayan. Coba kalau yang dicari seorang Pelayan, blogger yakin situasi pemilihan kepala daerah baik lokal maupun internasional akan berlangsung sepi.
     Demokrasi merupakan salah satu cara untuk mencari Pemimpin/Penguasa melalui sistim perwakilan, namun demokrasi tidak menjamin pemimpin yang dihasilkan  adalah pemimpin yang baik, semuanya kembali kepada moralitas dan cara pandang calon pemimpin tersebut terhadap Kekuasaan dan  arti  Seorang Pemimpin.
      Pemilihan pemimpin di era demokrasi tak ubahnya sebuah kontestasi/perang tanding, dimana para calon pemimpin harus menjual segala visi dan misinya, track recordnya, kepribadiannya, dll ,  untuk menjadi pertimbangan  pemilih. Tidak jarang sisi sisi gelap calon pemimpin juga di buka ke publik untuk menjadi bahan pertimbangan juga bagi para pemilih.  
       Semua ini tentu saja akan memancing emosi para  calon pemimpin yang sisi  kelam kehidupannya dipublikasi . Di dalam demokrasi  itu tidak bisa dihindari, diluar negeripun publikasi sisi gelap calon pemimpin   juga terjadi, dan jika seorang calon pemimpin mempunyai sejarah kelam masa lalu, sebagai calon pemimpin,  maka si calon harus siap mental dan kelak jika  terpilih sebagai seorang pemimpin,  suka atau tidak suka  didalam tubuh si calon pemimpin tersebut  akan tersimpan dendam   karena semua sisi gelap kehidupannya  dibuka ke publik. Pertanyannya : sudah yakinkah calon pemimpin tersebut dapat  mengampuni/memaafkan mereka ? Alkitab sangat jelas  mengajarkan untuk mengampuni, bahkan terhadap musuh sekalipun. Di sini blogger melihat perlunya seorang calon pemimpin memilikki  sifat kasih dan pengampunan. Sebab ending dari  demokrasi adalah merangkul semua pihak/rekonsiliasi. Dan bagi calon pemimpin  yang tidak memilikki kasih dan pengampunan, akan sangat sulit melakukan rekonsiliasi. Padahal rekonsiliasi merupakan langkah awal dari sebuah Kepemimpinan. 

         Dalam proses pemilihan seorang calon pemimpin, ada banyak syarat administrasi yang ditetapkan untuk menjadi calon pemimpin, mulai dari pendidikan,umur, segala macam surat keterangan, namun itu semua menurut blogger belumlah cukup. Salah satu syarat lain menurut blogger lebih penting walau secara administrasi tidak bisa dilakukan yaitu seorang calon pemimpin haruslah diisi oleh orang  yang telah selesai dengan dirinya sendiri.
Apa yang dimaksud selesai dengan dirinya sendiri ?
Dalam satu nats alkitab ada tertulis :

Ibrani 13:5 “Janganlah kamu menjadi hamba uang  dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”.

       Jadi yang dimaksud kalimat diatas adalah  secara materil dan moril  kehidupan seorang Calon Pemimpin  sebaiknya sudah lebih dari  cukup, tidak penting seberapa banyak kekayaan yang mereka milikki. Ada orang yang bergelimang harta tetapi masih selalu merasa kekurangan. Tetapi ada orang yang hartanya tidak seberapa tetapi sudah merasa lebih dari cukup. Orang yang merasa dirinya cukup, lebih cenderung akan menjadi seorang pemimpin yang baik. 
      Hanya masalahnya orang orang yg telah selesai dengan dirinya ini, biasanya tidak berambisi menjadi pemimpin. Mereka tidak mau lagi dipusingkan oleh hal hal yang sifatnya duniawi.                  
      Bagi   calon pemimpin yang  masih belum puas dengan hal hal duniawi  , sebaiknya  tidak usahlah menjadi calon pemimpin. Dalam banyak kasus calon  pemimpin yang seperti ini justru sering membuat masalah, bukan menyelesaikan  masalah. Seorang Pemimpin yang bermasalah dengan dirinya sendiri.
     Kalau calon pemimpin masih terobsesi untuk  mengkoleksi mobil mewah, rumah mewah, jalan jalan ke luar negeri, tumpukan uang, termasuk juga mungkin wanita didalamnya  itu artinya sebagai calon pemimpin, orang  tersebut belum selesai dengan dirinya sendiri.
      Dalam nats alkitab disebutkan “ Setiap pekerja berhak mendapatkan upah” ( Matius 10:10 ) , dan apa yang dikatakan nats itu benar, tetapi bagi orang orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, uang tak lebih hanya sebagi pelengkap kehidupan, bukan tujuan kehidupan.  
        Adalah betul tidak ada pemimpin yang sempurna, namun seorang pemimpin yang baik haruslah menuju kesempurnaan. Gambaran kesempurnaan hidup ada pada diri Yesus Kristus. Untuk menuju kesitu tidaklah mudah,   namun paling tidak seorang calon pemimpin  mengerti apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus , Firman yang menjadi Manusia , bahwa Seorang Pimpinan  adalah Seorang Pelayan/Orang yang melayani. Sebuah konsep kepemimpinan dari ATAS yang tertulis di Alkitab.
        Apakah seorang Raja/Pemimpin kehilangan KEMULIAANNYA  jika ia menjadi seorang Pelayan bagi rakyatnya ? Salam. 

Kata kata bijak : 

" Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka". 1 Timotius 6:10.


Tulisan terkait :
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2018/02/mengenal-raja-salomosulaiman.html 
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2018/08/mengenal-doa-bapa-kami-lords-prayer.html 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar