Sebelum bertugas sebagai bidan di desa,saya sebenarnya telah
bertunangan.Namun takdir berkata lain,akhirnya saya menikah dengan teman
sekerja saya yg bertugas di Puskemas Induk.Setelah menikah,tidak mungkin lagi
saya tinggal di rumah orang tua angkat saya.Maka kamipun sepakat untuk tinggal
di Polindes saja.
Yang jadi masalah,dipolindes ini tidak ada sumur,WC pun
setelah beberapa bulan ,diketahui hanya ada Closednya sj,tidak ada septic tank
nya…wah..wah…dikarenakan setelah BAB dan disiram itu fases nggak bisa terdorong
keluar.Selidik-selidik ternyata nggak ada septik tanknya.Akhirnya suami saya
meminjam cangkul dan linggis,kemudian berusaha membuat lobang sederhana ukuran
setengah meter persegi kemudian mengalirkan tinja yg sempat mampet…tau sendiri
harumnya…wkkwkwwk
Dikarenakan tidak ada sumur ,maka kamipun mengikuti kebiasaan warga setempat
untuk mandi dan cuci di sungai.Sementara air untuk minum saya minta dengan
tetangga yg punya sumur .Didesa ini warga yg memiliki sumur bisa dihitung
dengan jari.Disekitar Polindes kedalaman sumur rata2 diatas 11 meter,itupun
pasti kering disaat memasuki musim kemarau.
Sungai dan jalanan curam yang setiap hari menjadi tujuan untuk mandi dan mencuci
Saya pada dasarnya tidak bisa berenang,tetapi suami saya cukup mahir.Tepian
tempat kami mandi dan cuci merupakan areal batu karang.Cukup luas dan ramai
dipagi dan sore hari.Saat saya dan suami ke Tepian ini situasinya lagi
sepi,hanya ada kami berdua.Setelah mencuci pakaian saya pun mandi.Memang
disebelah tepian mandi ini ada lubuk yg luasnya mungkin 3 x 4 meter dengan
kedalam mencapai 3 meter,soalnya suami saya pernah mencoba mengukurnya.
Saat saya mandi saya terpeleset karena dorongan arus air dan akhirnya
tenggelam di lubuk ini.Saat saya tenggelam dilubuk ini pandangan suami saya
terpusat kearah lain.Dia baru melihat kearah saya, disaat tinggal bayangan
rambut saya yg ada di permukaan air.Segera suami saya terjun ke dalam Lubuk
ini.Saat terjun pertama kali, suami tidak mendapatkan tubuh saya.Sayapun
didalam air berusaha menggapai apapun yg bisa saya gapai,serta mencoba
menjejakan kaki di dasar sungai.Tetapi tidak ada yg bisa saya gapai dan dasar
sungai pun tidak tersentuh.Tubuh sayapun sudah lemas dan airpun mulai terminum.
Kemudian suami saya terjun kembali untuk yg kedua kalinya serta didalam
keputusasaan saya,tiba2 kaki saya menyentuh dasar lubuk,segera saja saya
hentakkan kaki saya untuk mencoba naik dari dasar sungai dan tiba tiba tangan
saya menyentuh kaki suami saya,dan segera kaki suami saya saya pegang
erat2
.Suami saya teringat bahwa menolong orang yg nggak bisa berenang harus
hati hati sebab bisa menyebabkan sipenolong pun ikut tenggelam.Suami saya berusaha
sekuat tenaga agar tidak ikut tenggelam,dan akhirnya saya bisa dibawa kembali
ketepian sunagi.Kain basahan saya telah berubah posisinya,bagian atas tubuh
saya tidak tertutup lagi oleh kain basahan,untung tidak orang yg melihat.
Suami
saya kelihatan duduk lemas dan pucat ditepian sungai dengan pandangan
kosong.Beberepa menit kami terduduk lesu ditepian sungai.Setelah membereskan
semua cucian ,kamipun pulang ke Polindes.Sesampainya di Polindes suami sempat
berkata…Gimana jadinya ya jika ada berita di Koran “ Seorang Bidan Desa Mati
Tenggelam Di Sungai “ …kwkwkwk
Kata Kata Bijak :
" Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan." AMSAL 14:13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar