Post by Hotman Silitonga
Shalom Aleichem
Suasana riuh rendah pemilihan kepala daerah saat ini, membuat blogger
tergerak untuk sedikit menulis tentang arti seorang Pemimpin ( Penguasa ). Sebuah
tulisan ringan tentang seorang Pemimpin
yang ditulis menurut sudut pandang blogger sendiri, mengacu
pada Alkitab, Pemimpin Yang Alkitabiah.
Ada banyak teori teori mengenai kepemimpinan, demikian pula, ada banyak kursus
kursus / latihan kepemimpinan , namun semua itu tidak serta merta menghasilkan seorang
pemimpin yang baik, karena mayoritas dasar mereka menjadi pemimpin sangat rapuh, hanya mengejar hal hal duniawi/materi.
Blogger tidak mau berdebat soal teori teori kepemimpinan, blogger yakin pembaca yg budiman lebih paham dari blogger mengenai teori teori tersebut. Namun bagi blogger semua teori teori kepemimpinan tersebut blogger sebut teori/konsep dari BAWAH ( yang berasal dari pemikiran manusia ).
Di sisi lain menurut blogger ada juga teori/konsep kepemimpinan yang berasal dari ATAS/Konsep dari ATAS ( yang berasal dari pengajaran
Tuhan ), yang mungkin perlu juga dijadikan bahan pembelajaran bagi seorang calon pemimpin. Konsep Kepemimpinan dari atas ini sudah lama ada, tetapi manusia mencoba menghindarinya, Mengapa ? Jika Konsep Kepemimpinan dari Atas ini diikuti, maka tidak ada NIKMATNYA lagi menjadi seorang Pemimpin/Penguasa.
Dalam perspektif manusia seorang pemimpin
lebih cenderung didudukkan sebagai orang yang berkuasa, seperti RAJA dengan
segala kemewahannya, kegagahannya, kebesarannya, kekuataannya, kehebatannya, serta banyaknya
kenikmatan hidup dan materi yang diperolehnya.
Namun dalam teori/konsep
kepemimpinan yang berasal dari ATAS tidaklah demikian. Yesus Kristus , pada suatu kesempatan berbicara kepada murid muridnya :
P. Baru : Matius: 20 Ay 25-26
“ Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa
pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan
pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah
demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu,”
P. Baru : Lukas : 22Ay 25-27
“Yesus berkata kepada mereka:
"Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang
menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk
makan, atau yang melayani ? Bukankah dia yang duduk makan?Tetapi Aku
ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”.
Jadi
berdasarkan konsep pengajaran Yesus Kristus , yang blogger sebut konsep kepemimpinan dari
ATAS, karena memang Yesus Kristus berasal dari Atas , Pemimpin adalah seorang Pelayan. Menjadi seorang Pemimpin
berarti menjadi seorang pelayan/orang yang melayani. Pertanyaannya, apakah anda mau jadi
pelayan ?
Ada beberapa konsekwensi jika Pemimpin adalah Pelayan :
1.Anda harus mendekatkan diri dengan orang yang dilayani
2.Anda harus rendah hati dan sederhana, karena seorang pelayan
seharusnya rendah hati dan sederhana
3.Sebagai pelayan anda harus mampu memberi contoh/petunjuk
dan mengarahkan
4.Sebagai pelayan anda harus mampu memberi jalan alternative
bila terjadi permasalahan
5.Sebagai pelayan anda harus siap dihubungi jika terjadi
suatu permasalahan
6.Sebagai pelayan anda tidak boleh pilih kasih/pandang bulu dalam melayani
Serta masih banyak
karakter lain yang harus dimilikki seorang pelayan, silahkan anda tambahkan sendiri.
gambar diambil dari google
Selama ini seorang Pemimpin lebih cenderung didudukkan sebagai Raja dengan segala kekuasaannya, kebesarannya, kemewahannya, kehebatannya, kekayaannya, kenikmatan
hidup serta materi yang diperolehnya, membuat banyak orang berlomba lomba ingin menjadi seorang Pemimpin, hingga terkadang menggunakan
segala cara demi memuluskan nafsu untuk menjadi seorang Raja/Pemimpin.
Ada banyak kekacauan baik di tingkat
lokal maupun internasional yang diakibatkan nafsu ingin berkuasa dari seorang manusia, yah itu
tadi karena konsepnya sebagai Raja bukan
sebagai Pelayan. Coba kalau yang dicari seorang Pelayan, blogger yakin situasi pemilihan
kepala daerah baik lokal maupun internasional akan berlangsung sepi.
Demokrasi merupakan salah satu cara
untuk mencari Pemimpin/Penguasa melalui sistim perwakilan, namun demokrasi tidak menjamin pemimpin yang dihasilkan adalah pemimpin yang baik, semuanya kembali kepada moralitas dan cara pandang calon pemimpin tersebut terhadap Kekuasaan dan arti Seorang Pemimpin.
Pemilihan pemimpin di era demokrasi tak
ubahnya sebuah kontestasi/perang tanding, dimana para calon pemimpin harus
menjual segala visi dan misinya, track recordnya, kepribadiannya, dll , untuk menjadi pertimbangan pemilih. Tidak jarang sisi sisi gelap calon pemimpin juga di buka ke publik untuk menjadi bahan pertimbangan juga bagi para pemilih.
Semua ini tentu saja akan memancing emosi para calon pemimpin yang sisi kelam kehidupannya dipublikasi . Di dalam demokrasi itu tidak bisa
dihindari, diluar negeripun publikasi sisi gelap calon pemimpin juga terjadi, dan
jika seorang calon pemimpin mempunyai sejarah kelam masa lalu, sebagai calon pemimpin, maka si calon harus
siap mental dan kelak jika terpilih sebagai seorang pemimpin, suka atau
tidak suka didalam tubuh si calon pemimpin tersebut akan tersimpan dendam karena semua sisi gelap kehidupannya dibuka ke publik. Pertanyannya : sudah yakinkah calon pemimpin tersebut dapat mengampuni/memaafkan mereka
? Alkitab sangat jelas mengajarkan untuk mengampuni, bahkan terhadap musuh sekalipun. Di sini blogger melihat perlunya seorang calon pemimpin memilikki sifat kasih dan pengampunan. Sebab ending dari demokrasi adalah merangkul semua pihak/rekonsiliasi. Dan bagi calon pemimpin yang tidak memilikki kasih dan pengampunan, akan sangat sulit melakukan rekonsiliasi. Padahal rekonsiliasi merupakan langkah awal dari sebuah Kepemimpinan.
Dalam proses pemilihan seorang calon pemimpin, ada banyak syarat
administrasi yang ditetapkan untuk menjadi calon pemimpin, mulai dari
pendidikan,umur, segala macam surat keterangan, namun itu semua menurut blogger
belumlah cukup. Salah satu syarat lain menurut blogger lebih penting walau secara administrasi tidak bisa dilakukan yaitu
seorang calon pemimpin haruslah diisi oleh orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri.
Apa yang dimaksud selesai dengan
dirinya sendiri ?
Dalam satu nats alkitab ada tertulis :
Ibrani 13:5 “Janganlah kamu menjadi hamba
uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa
yang ada padamu”.
Jadi yang dimaksud kalimat diatas adalah secara materil dan moril kehidupan seorang Calon Pemimpin sebaiknya sudah lebih dari cukup, tidak penting seberapa banyak kekayaan
yang mereka milikki. Ada orang yang bergelimang harta tetapi masih selalu
merasa kekurangan. Tetapi ada orang yang hartanya tidak seberapa tetapi sudah
merasa lebih dari cukup. Orang yang merasa dirinya cukup, lebih cenderung akan
menjadi seorang pemimpin yang baik.
Hanya masalahnya orang orang yg telah selesai dengan dirinya ini, biasanya tidak berambisi menjadi pemimpin. Mereka tidak mau lagi dipusingkan oleh hal hal yang sifatnya duniawi.
Bagi calon
pemimpin yang masih belum puas dengan hal hal duniawi , sebaiknya tidak
usahlah menjadi calon pemimpin. Dalam banyak kasus calon pemimpin yang seperti ini justru sering membuat masalah, bukan menyelesaikan masalah. Seorang Pemimpin yang bermasalah
dengan dirinya sendiri.
Kalau calon pemimpin masih terobsesi untuk mengkoleksi mobil mewah, rumah mewah, jalan jalan ke luar negeri, tumpukan
uang, termasuk juga mungkin wanita didalamnya itu artinya sebagai calon pemimpin, orang tersebut belum
selesai dengan dirinya sendiri.
Dalam nats alkitab disebutkan “ Setiap pekerja
berhak mendapatkan upah” ( Matius 10:10 ) , dan apa yang dikatakan nats itu
benar, tetapi bagi orang orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri, uang
tak lebih hanya sebagi pelengkap kehidupan, bukan tujuan kehidupan.
Adalah betul tidak ada pemimpin yang sempurna, namun seorang pemimpin
yang baik haruslah menuju kesempurnaan. Gambaran kesempurnaan hidup ada pada
diri Yesus Kristus. Untuk menuju kesitu tidaklah mudah, namun
paling tidak seorang calon pemimpin
mengerti apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus , Firman yang menjadi Manusia , bahwa Seorang Pimpinan adalah Seorang Pelayan/Orang yang melayani.
Sebuah konsep kepemimpinan dari ATAS yang tertulis di Alkitab.
Apakah seorang Raja/Pemimpin
kehilangan KEMULIAANNYA
jika ia menjadi seorang Pelayan bagi rakyatnya ? Salam.
Kata kata bijak :
" Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka". 1 Timotius 6:10.
Tulisan terkait :
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2018/02/mengenal-raja-salomosulaiman.html
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2018/08/mengenal-doa-bapa-kami-lords-prayer.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar