By Hotman Silitonga AZizten Pribadi Bidan DeZa
Setiap manusia hidup pasti merasakan yang namanya
sakit/menderita sakit.Entah itu orang kaya,orang miskin,bahkan pejabat dan paramedis sekalipun takkan lepas dari
serangan penyakit.
Ada yang terkena penyakit ringan,ada pula yang terkena sakit
berat.Ada yang sembuh hanya beberapa hari ada pula yang sembuh beberapa
bulan,tetapi ada pula yang harus berobat seumur hidup.
Pada tahun 2004 aku menderita Gatristis atau sakit maag yang
cukup mengganggu.Makan obat sendiri nggak ada perbaikan.Akhirnya berobat
tingkat lanjut.Belum ada juga perbaikan.Dari USG sampai ECG sudah
dilakukan.Hasilnya semua masih dalam kondisi baik2 saja.Kalau hanya nyeri pada
ulu hati saja mungkin nggak ada masalah,tapi rasa kejang atau kram mulai dari
ulu hati sampai tenggorokan sangat mengganggu.Rasanya seperti ajal sudah dekat.
Akhirnya kuputuskan untuk berobat ke ibukota propinsi di
Rumah Sakit dimana istriku dulu bekerja .Sama seperti orang sakit
umumnya,semuanya ingin cepat,aku paling malas yang namanya antri ,bayar sendiri
nggak papalah….walau uang pas-pasan.
Sampai di Rumah Sakit antri 15 menit langsung menuju ruang
dokter.Nampaknya dokternya sudah cukup berumur,aku berharap mudah2an dengan jam
terbang dokternya yang tinggi,terapinya
juga mumpuni.
Setelah diperiksa aku
diberi kertas resep,dan langsung menuju Apotik.Petugas Apotik memanggil namaku
dan memberitahu jumlah biayanya.Ternyata biayanya jauh diatas prediksiku.Kemudian
aku setengah berbisik bertanya kepada pelayan apotik apakah
aku diperbolehkan mengambil setengah resep dahulu ? wkwkwk.. dan petugas apotik
memperbolehkan.Sebenarnya uangku cukup,tetapi karena di diperjalanan di Kereta
Api tas ku yg berisi seluruh pakaianku di ambil
orang di salah satu stasiun kereta api,mau tidak mau aku harus
menyisihkan sebagian uangku untuk membeli pakaian pengganti.
Obat dijatah untuk 1 minggu,jadi kalau aku minta setengah
resep dahulu,berarti aku menggunakannya
untuk 3 hari.Akupun meminta salinan
resepnya.Ada 6 jenis obat,4 obat diracik menjadi satu serta 2 macam obat lain.Semuanya
obat paten/non generik.
Setelah obat diminum selama 3 hari,terjadi perbaikan yg
cukup signifikan,akupun langsung angkat jempol dengan dokter yg mengobatiku.Aku
merasa 80% sdh membaik.Obat sudah habis.Segera aku menuju apotik untuk membeli
obat kekurangannya,setelah ku serahkan salinan resepnya akupun mendapat
informasi bahwa obat yang tersedia hanya
1 macam di apotik itu.Pergi ke Apotik
lain,kondisinya juga sama.
Bingung aku menghadapi keadaan ini.Tidak mungkin aku kembali
ke Ibukota propinsi lagi hanya untuk membeli obat,selain jauh,juga melelahkan.
Akhirnya aku kembali ke Apotik langgananku,yg kebetulan juga
temanku.Aku meminta saran dari dia.
Kemudian temanku memberikan kepadaku sebuah buku yang sangat
tebal,yang bertuliskan Daftar Obat Indonesia.
“ Kau cari merek obat yg tertulis di kertas resep
kemudian,kau cari isi/kandungannya, kemudian kau cari merek obat yang mempunyai
kandungan yang sama “ demikian pesan temanku si pemilik Apotik tersebut.
Hampir setengah jam aku membolak-balik buku itu di Apotiknya.Hampir
semua obat berhasil ditemukan,semua ada di apotik tersebut tetapi dengan merek
dagang yang lain,dan ada juga versi generiknya,hanya satu macam yg yg tidak
tersedia,dan obat ini memang jarang digunakan.Obat yang berhubungan dengan
kejiwaan ringan/stress.Stress memang bisa membuat orang menderita sakit maag.
Pada dasarnya Apotik juga menganut prinsip dagang.Apotik
tidak akan menjual obat yang jarang dibeli orang.Itu sama artinya mematikan
modal.
Akhirnya 5 dari 6 macam obat yang tersedia kubeli dan
sengaja kubeli yang generiknya saja,kuminum,dan keadaanku semakin membaik.
Terkadang aku merenung,kalau aku yg bekerja sebagai tenaga
kesehatan saja,walau level rendahan , cukup sulit untuk memperoleh obat,apalagi
masyarakat biasa.
Tetapi untunglah pada tahun 2006 Ibu Menkes Siti Fadillah
Supari mengeluarkan Permenkes No 524/MENKES/PER/IV/2005 tentang
Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat serta Kepmenkes No
068/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada
Label Obat sehingga setiap obat yang kita terima kita dapat langsung tahu
kandungan generik pada obat tersebut.
Dan jika obat tersebut tidak tersedia di suatu tempat ,kita
bisa menggantinya dengan merk lain dengan kandungan generik yang sama.
Beberapa syrup bermerek yang telah menuliskan kandungan generik didalamnya
Satu hal menurutku yg paling penting dari Permenkes diatas
adalah membuat obat menjadi transparan.Tidak sedikit masyarakat yg sering
bertanya ke Polindes tentang obat yang mereka terima disaat berobat,mengenai
fungsi atau manfaatnya.Dengan dicantumkannya nama generik pada obat tersebut,sedikit
banyak membantu untuk menjelaskan kepada masyarakat.
Beberapa blister/kepingan obat bermerek yg telah menuliskan kandungan generik di dalamnya
Pada tahun 2006 Ibu Menkes Siti Fadilah Supari kembali
mengeluarkan Kepmenkes No 069/Menkes/SK/II/2006 tentangPencantuman Harga Eceran
Tertinggi ( HET ) Pada Label Obat,yang semakin melindungi masyarakat dari
kemahalan harga obat.
Jenis obat generik juga semakin banyak.Jadi bagi masyarkat
tidak perlu ragu lagi untuk menggunakan obat generik.Dan Akupun tidak sulit
lagi mencari obat yang kubutuhkan,serta aku pun merasa penyakitku saat ini sudah sembuh.
Kata-kata bijak :
" Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati ". Amsal 11:2
" Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, tetapi jika mereka binasa, bertambahlah jumlah orang benar ".Amsal 28:28
Tulisan lainnya :
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2017/02/katarak-dan-diabetes.html
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2017/04/membuat-kunci-kopling.html
" Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, tetapi jika mereka binasa, bertambahlah jumlah orang benar ".Amsal 28:28
Tulisan lainnya :
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2017/02/katarak-dan-diabetes.html
http://polindesmuarakasih.blogspot.com/2017/04/membuat-kunci-kopling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar